DEMENSIA
Merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai
gangguan kognitif tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat
dipengaruhi oleh demensia adalah belajar dan ingatan, bahasa, memecahkan
masalah, orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi, pertimbangan dan
kemampuan sosial. Pada demensia daerah otak yang terkena adalah lobus
parietalis, temporalis, dan frontalis. Prognosa demensia biasanya jelek.
DEFINISI
- Cumming : demensia adalah suatu sindroma klinik yang khas dengan rusaknya paling sedikit tiga komponen kognitif, yaitu berbahasa, daya ingat, keterampilan visual ruang, kemampuan eksekutif, dan emosi.2
- Mayo Clinic : demensia adalah sindrom klinik khas dengan penurunan intelektual dan kemampuan sosial (aktivitas kehidupan sehari-hari). Gangguan intelektual mengenai lebih dari satu fungsi kognitif di mana gangguan daya ingat (memory) khas selalu ada, disertai gangguan fungsi kognitif lainnya seperti atensi, berbahasa, keterampilan visual ruang, persepsi, pemecahan masalah.2
- Perdossi : demensia adalah kumpulan gejala klinik yang disebabkan oleh berbagai latar belakang penyakit dan ditandai oleh hilangnya daya ingat jangka pendek (recent memory) dan gangguan global fungsi mental termasuk fungsi bahasa, mundurnya berpikir abstrak, kesulitan merawat diri sendiri, perubahan perilaku, emosi labil dan hilangnya pengenalan waktu dan tempat.
Di Indonesia prevalensi demensia belum ada data pasti. Data
dari bangsal saraf, stroke merupakan ± 50 % kasus, maka kemungkinan etiologi
demensia terbanyak di Indonesia adalah demensia vaskular (multi infark).
Demensia bisa terjadi pada setiap umur, tetapi lebih banyak pada lanjut usia
(l.k 5% untuk rentang umur 65-74 tahun dan 40% bagi yang berumur >85 tahun).
Kebanyakan mereka dirawat dalam panti dan menempati sejumlah 50% tempat
tidur.
ETIOLOGI
Terdapat
beberapa hal yang dapat menyebabkan demensia, namun penyebab pasti tentang
demensia belum diketahui. Demensia mempunyai banyak penyebab, tetapi demensia
tipe Alzheimer dan demensia vaskular sama-sama berjumlah 75 persen dari semua
kasus. Penyebab demensia lainnya yang disebutkan dalam
DSM-IV adalah penyakit
Pick, penyakit Creutzfeldt-Jakob, penyakit Parkinson, Human Immunodeficiency
Virus (HIV), dan trauma kepala. Berikut ini akan dijelaskan beberapa penyebab
tipe demensia antara lain:
Demensia Tipe Alzheimer
Neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologis
adalah asetilkolin dan norepinefrin, keduanya
dihipotesiskan menjadi hipoaktif
pada penyakit Alzheimer.
Beberapa penelitian telah melaporkan data yang konsisten dengan hipotesis bahwa
suatu degenerasi spesifik pada neuron kolinergik ditemukan pada nukleus basalis
Meynerti pada pasien dengan penyakit Alzheimer. Data lain yang mendukung adanya
defisit kolinergik pada penyakit Alzheimer adalah penurunan konsentrasi
asetilkolin dan kolin asetiltransferase di dalam otak. Kolin asetiltransferase
adalah enzim kunci untuk sintesis asetilkolin, dan penurunan konsentrasi kolin
asetiltransferase menyatakan penurunan jumlah neuron kolinergik yang ada.
Dukungan tambahan untuk hipotesis defisit kolinergik berasal dari observasi
bahwa antagonis kolinergik, seperti skopolamin dan atropin mengganggu kemampuan
kognitif, sedangkan agonis kolinergik, seperti physostigmin dan arecolin, telah
dilaporkan meningkatkan kemampuan kognitif. Penuaian aktivitas norepinefrin
pada penyakit Alzheimer diperkirakan dari penurunan neuron yang mengandung
norepinefrin didalam lokus sareleus yang telah ditemukan pada beberapa pemeriksaan
patologis otak dari
pasien dengan penyakit
Alzheimer. Dua neurotransmiter
lain yang berperan dalam patofisiologi penyakit Alzheimer adalah dua peptida
neuroaktif, somatostatin dan kortikotropin, keduanya telah dilaporkan menurun
pada penyakit Alzheimer
Demensia Vaskular
Penyebab utama dari demensia vaskular adalah penyakit
vaskular serebral yang multipel, yang menyebabkan suatu pola gejala demensia.
Demensia vaskular paling sering pada laki-laki, khususnya pada mereka dengan
hipertensi yang telah ada sebelumnya atau faktor risiko kardiovaskular lainnya.
Gangguan terutama mengenai pembuluh darah serebral berukuran kecil dan sedang,
yang mengalami infark menghasilkan lesi parenkim multipel yang menyebar pada
daerah otak yang luas. Penyebab infark mungkin termasuk oklusi pembuluh darah
oleh plak arteriosklerotik atau tromboemboli dari tempat asal yang jauh
(sebagai contohnya katup jantung). Suatu pemeriksaan pasien dapat menemukan
bruit karotis, kelainan funduskopi, atau pembesaran ruang jantung.
Penyakit Pick
Berbeda dengan distribusi patologi parietal-temporal pada
penyakit Alzheimer, penyakit Pick ditandai oleh atrofi yang lebih banyak dalam
daerah frontotemporal. Daerah tersebut juga mengalami kehilangan neuronal,
gliosis, dan adanya badan Pick neuronal yang merupakan massa elemen
sitoskeletal. Badan Pick ditemukan pada beberapa spesimen postmortem tetapi
tidak diperlukan untuk diagnosis. Penyebab penyakit Pick tidak diketahui
Gangguan Sistem Metabolik
Pada
demensia dapat pula disebabkan oleh adanya gangguan metabolisme seperti,
terjadi hiperglikemia, hiperlipidemia, dan disfungsi kardiak
Gambaran Klinik
Pada stadium awal demensia, pasien menunjukkan kesulitan
untuk mempertahankan kinerja mental, fatigue, dan kecenderungan untuk gagal
jika suatu tugas adalah baru atau kompleks atau memerlukan pergeseran strategi
pemecahan masalah. Ketidakmampuan melakukan tugas menjadi semakin berat dan
meyebar ke tugas-tugas harian seperti berbelanja. Akhirnya, pasien demensia
mungkin memerlukan pengawasan dan bantuan yang terus-menerus untuk melakukan
aktivitasnya bahkan aktivitas yang paling dasar dalam kehidupan sehari-hari.
Defek utama dalam demensia melibatkan orientasi, ingatan, persepsi, fungsi
intelektual, dan pemikiran, dan semua fungsi tersebut menjadi progresif saat
proses penyakit berlanjut. Perubahan afektif dan perilaku, seperti kontrol
impuls yang efektif dan labilitas emosional, sering ditemukan, seperti juga
penonjolan dan perubahan sifat kepribadian premorbid
Gangguan Daya Ingat
Gangguan ingatan biasanya merupakan ciri yang awal dan
menonjol pada demensia, khususnya pada demensia yang mengenai korteks, seperti
demensia tipe Alzheimer. Pada awal perjalanan demensia, gangguan daya ingat
adalah ringan dan piasanya paling jelas untuk peristiwa yang baru terjadi,
seperti melupakan nomor telepon, percakapan, dan peristiwa hari tersebut. Saat
perjalanan demensia berkembang, gangguan emosional menjadi parah, dan hanya
informasi yang dipelajari paling baik (sebagai contohnya, tempat kelahiran)
dipertahankan.
Orientasi
Karena daya ingat adalah penting untuk orien¬tasi terhadap
orang, tempat, dan waktu, orientasi dapat terganggu secara progresif selama
perjala¬nan penyakit demensia. Sebagai contohnya, pasien dengan demensia mungkin
lupa bagaimana kembali ke ruangannya setelah pergi ke kamar mandi. Tetapi,
tidak masalah bagaimana beratnya disorientasi, pasien tidak menunjukkan
gangguan pada tingkat kesadaran
Gangguan Bahasa
Proses demensia yang mengenai korteks, terutama demensia
tipe Alzheimer dan demensia vaskular, dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa
pasien. Pada kenyataannya, DSM-IV memasukkan afasia sebagai salah satu kriteria
diagnostik. Kesulitan berbahasa mungkin ditandai oleh cara berkata yang
samar-samar, tidak tepat, atau berputar-putar. Pasien mungkin juga memiliki
kesulitan dalam menyebutkan nama suatu benda
Perubahan Kepribadian
Perubahan kepribadian pasien demensia meru¬pakan gambaran
yang paling mengganggu bagi keluarga pasien yang terkena. Sifat kepribadian
sebelumnya mungkin diperkuat selama perkembangan demensia. Pasien dengan
demensia juga mungkin menjadi introvert dan tampaknya kurang memperhatikan
tentang efek perilaku mereka terhadap orang lain. Pasien demensia yang
mempunyai waham paranoid biasanya bersikap bermusuhan terhadap anggota keluarga
dan pengaruhnya. Pasien dengan gangguan frontal dan temporal kemungkinan
mengalami perubahan kepribadian yang jelas dan mungkin mudah marah dan
meledak-ledak.
Gangguan Lain
Psikiatrik.
Di samping psikosis dan perubahan kepribadian,
depresi dan kecemasan adalah gejala utama pada kira-kira 40 sampai 50 persen
pasien demensia, walaupun sindroma gangguan depresif yang sepenuhnya mungkin
hanya ditemukan pada 10 sampai 20 persen pasien demensia. Pasien de¬ngan
demensia juga menunjukkan tertawa atau menangis yang patologis yaitu, emosi
yang ekstrim tanpa provokasi yang terlihat
Neurologis.
Di samping afasia pada pasien de¬mensia,
apraksia dan agnosia adalah sering. Tanda neurologis lain yang dapat
berhubungan dengan demensia adalah kejang, yang terlihat pada kira-kira 10
persen pasien dengan demensia tipe Alzheimer dan 20 persen pasien dengan
demensia vaskular, dan presentasi neurologis yang atipikal, seperti sindroma
lobus parietalis nondominan. Refleks primitif, seperti refleks menggenggam,
mengisap, mung¬kin ditemukan pada pemeriksaan neurologis.
Pasien dengan demensia vaskular mungkin mempunyai gejala
neurologis tambahan, seperti nyeri kepala, pusing, pingsan, kelemahan, tanda
neurologis fokal, dan gangguan tidur yang mungkin menunjukkan lokasi penyakit
serebrovaskular. Palsi serebrobulbar, disartria, dan disfagia juga lebih sering
pada demensia vaskular dibandingkan demensia lain.
Reaksi katastropik.
Pasien demensia juga menunjukkan
penurunan kemampuan untuk menerapkan apa yang disebut oleh Kurt Goldstein
sebagai perilaku abstrak. Pasien mempunyai kesulitan dalam generalisasi dari
suatu contoh tunggal dalam membentuk konsep, dan dalam mengambil perbedaan dan
persamaan diantara konsep-konsep. Selanjutnya, kemampuan untuk memecahkan
masalah, untuk memberikan alasan secara logis dan untuk membuat pertimbangan
yang sehat adalah terganggu. Goldstein juga menggambarkan suatu reaksi
katastropik, yang ditandai oleh agitasi sekunder karena kesadaran subjektif
tentang defisit intelektualnya di bawah keadaan yang menegangkan. Pasien
biasanya berusaha untuk mengkompensasi defek tersebut dengan menggunakan
strategi untuk menghindari terlihatnya kegagalan dalam daya intelektual, seperti
mengubah subjek, membuat lelucon, atau mengalihkan pewawancara dengan cara
lain. Tidak adanya pertimbangan atau kontrol impuls yang buaik sering
ditemukan, khususnya pada demensia yang terutama mempengaruhi lobus frontalis.
Contoh dari gangguan tersebut adalah bahasa yang kasar, humor yang tidak
sesuai, pengabaian penampilan dan higiene pribadi, dan mengabaikan aturan
konvensional tingkah laku sosial.
Sindroma “sundowner.”
Sindroma sun¬downer ditandai oleh
mengantuk, konfusi, ataksia, dan terjatuh secara tidak disengaja. Keadaan ini
terjadi pada pasien lanjut usia yang mengalami sedasi berat dan pada pasien
demensia yang bereaksi secara menyimpang bahkan terhadap dosis kecil obat
psikoaktif. Sindroma juga terjadi pada pasien demensia jika stimuli eksternal,
seperti cahaya dan isyarat yang menyatakan interpersonal, adalah menghilang.
Pemeriksaan neurologis dasar tidak menemukan sesuatu yang
abnormal. Hasil dari semua pemeriksaan laboratorium adalah normal, termasuk
kadar B12, folat, T4, dan serologi; tetapi pemeriksaan tomografi komputer
menunjukkan atrofi kortikal yang nyata.
Kesulitan pada
ingatan jangka pendek dan jangka panjang, berpikir abstrak, dan fungsi
kortikal, sebagai contohnya, ketidakmampuan untuk menamakan suatu benda,
mengerjakan perhitungan aritmatika, dan mencontoh suatu gambar. Semuanya cukup
berat untuk mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan, terjadi dalam keadaan
kesadaran yang jernih, dan tidak disebabkan oleh gangguan mental seperti
gangguan depresif berat yang menyatakan suatu demensia.
Onset yang perlahan-lahan dengan perjalanan yang memburuk
secara progresif, tidak adanya tanda neurologis, tidak adanya riwayat trauma
atau penyakit serebrovaskular, hasil tes darah yang nor¬mal, dan bukti atrofi
kortikal pada CT scan berarti diagnosis demensia tipe Alzheimer. Karena tidak
terdapat ciri psikotik atau gangguan mood, diagno¬sis dicatat tanpa komplikasi.
Beratnya demensia dinyatakan sebagai moderat karena pasien memerlukan suatu
pengawasan
DIAGNOSIS
Diagnosis demensia didasarkan pada anamnesis, gambaran
klinik demensia atau kriteria demensia, tes atau pemeriksaan fungsi luhur (tes
mini mental, tes keadaan mental), pemeriksaan klinis pasien termasuk pada
informasi dari anggota keluarga, teman-teman, dan perusahaan, kemudian mencari
faktor penyebab atau faktor pencetusnya.
Kriteria diagnostik demensia:
- adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang sampai mengganggu kegiatan harian seseorang, seperti: mandi, berpakaian, makan dan kebersihan diri.
- tidak ada gangguan kesadaran
- gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan.
Selain pemeriksaan di atas, diperlukan pula pemeriksaan lain
seperti, Tes Neuropsikologi, CT Scan / MRI otak, Electroensefalografi (EEG),
Pemeriksaan darah, dan Cairan otak (Likuor Serebrospinal). Hal ini dilakukan
agar tercapai diagnosis yang lebih akurat
DIAGNOSIS BANDING
Delirium
Pembedaan antara delirium dan demensia mungkin lebih sulit.
Tetapi, pada umumnya, delirium dibedakan oleh adanya onset yang cepat, durasi
yang singkat, fluktuasi gangguan kognitif selama perjalanan hari, kesadaran
berkabut atau berubah, gangguan jelas pada siklus bangun-tidur, dan gangguan
perhatian dan persepsi yang menonjol.
Depresi
Beberapa pasien dengan depresi mempunyai gejala gangguan
kognitif yang dapat sulit dibeda¬kan dari gejala demensia. Pada umumnya, pasien
dengan disfungsi kognitif yang berhubungan dengan depresi mempunyai gejala
depresif yang menonjol, mempunyai lebih banyak tilikan terhadap gejalanya
dibandingkan pasien demensia seringkali mempunyai riwayat episode de¬presif di
masa lalu. Pada umumnya depresi dibedakan oleh adanya onset tiba-tiba,
perlangsungannya singkat, ada riwayat depresi sebelumnya.
Gangguan Buatan (Factitious Disorders)
Orang yang berusaha mensimulasi kehilangan ingatan, seperti
pada gangguan buatan, melakukan hal tersebut dalam cara yang aneh dan tidak
konsisten. Pada demensia yang sesungguhnya, ingatan akan tempat dan waktu
hilang sebelum ingatan terhadap orang, dan ingatan yang belum lama hi¬lang
sebelum ingatan yang lama.
Penuaan Normal
Ketuaan tidak selalu disertai dengan adanya penurunan
kognitif yang bermakna, tetapi suatu derajat ringan masalah ingatan dapat
terjadi sebagai bagian dari proses penuaan normal. Kejadian normal tersebut
seringkali disebut sebagai kelalaian akibat penuaan yang ringan (benign
se¬nescent forgetfulness) atau gangguan daya ingat yang berhubungan dengan
penuaan (age-associ¬ated memory impairment). Keadaan tersebut dapat dibedakan
dari demensia oleh keparahannya yang ringan dan oleh kenyataan bahwa keadaan
tersebut tidak mengganggu secara bermakna pada kehidupan sosial atau pekerjaan
pasien.
PENATALAKSANAAN
Beberapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena
jaringan otak yang disfungsional dapat menahan kemampuan untuk pemulihan jika
pengobatan dilakukan tepat pada waktunya. Riwayat medis yang lengkap,
pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium, termasuk pencitraan otak yang tepat,
harus dilakukan segera setelah diagnosis sementara. Jika pasien menderita
akibat suatu penyebab demensia yang dapat diobati, terapi diarahkan untuk
mengobati gangguan dasar.
Pendekatan pengobatan umum pada pasien de¬mensia adalah
untuk memberikan perawatan me¬dis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan
keluarganya, dan pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk gejala
perilaku yang mengganggu. Pemeliharaan kesehatan fisik pa¬sien, lingkungan yang
mendukung, dan pengo¬batan farmakologis simptomatik diindikasikan dalam
pengobatan sebagian besar jenis demensia. Pengobatan simptomatik termasuk
pemeliharaan diet gizi, latihan yang tepat, terapi rekreasi dan aktivitas,
perhatian terhadap masalah visual dan auditoris, dan pengobatan masalah-medis
yang menyertai, seperti infeksi saluran kemih, ulkus dekubitus, dan disfungsi
kardiopulmonal. Perha¬tian khusus harus diberikan pada pengasuh atau anggota
keluarga yang menghadapi frustrasi, kesedihan, dan masalah psikologis saat
mereka merawat pasien selama periode waktu yang lama.
Pengobatan Farmakologis
Pada umumnya, obat dengan aktivitas antikolinergik yang
tinggi harus dihindari, walaupun beberapa data menyatakan bahwa thioridazine
(Melleril), yang mempunyai aktivitas antikolinergik yang tinggi, mungkin
merupakan obat yang efektif dalam mengontrol perilaku pasien demensia jika
diberikan dalam dosis kecil. Benzodiazepin (diazepam, klozepam) kerja singkat
dalam dosis kecil adalah medikasi ansiolitik dan sedatif yang lebih disukai
untuk pasien demensia. Di samping itu, Zolpidem (Ambien) dapat juga digunakan
untuk tujuan sedatif.
Dari suatu segi psikodinamik, tidak terdapat hal tertentu
seperti suatu demensia yang tidak dapat diobati. Pasien seringkali mendapatkan
manfaat dari psikoterapi suportif dan edukasional dimana sifat dan perjalanan
penyakitnya diterangkan secara jelas kepada mereka. Mereka juga mendapat¬kan
manfaat dari bantuan dalam kesedihan dan dalam menerima beratnya ketidakmampuan
me¬reka. Pada waktu yang sama, mereka dapat memperoleh manfaat dari perhatian
terhadap masalah harga diri. Tiap bagian fungsi yang utuh harus dimaksimalkan
dengan membantu pasien mengidentifikasi aktivitas dimana fungsi yang berhasil
adalah dimungkinkan. Pemeriksaan psikodinamik terhadap defek fungsi ego dan
keterbatasan kognitif juga dapat berguna. Dokter dapat membantu pasien dalam
menemukan cara untuk mengatasi fungsi ego yang defektif, seperti menyediakan
sebuah kalender untuk orientasi masalah, membuat jadwal untuk membantu menyusun
aktivitas, dan membuat catatan untuk masalah ingatan.
Intervensi psikodinamik pada anggota keluarga dari pasien
demensia mungkin menjadi bantuan yang sangat besar. Seseorang yang dicintai
yang merawat pasien berjuang melawan perasaan bersalah, kemarahan, dan
kelelahan saat mereka melihat anggota keluarga memburuk secara bertahap. Suatu
masalah yang sering yang timbul diantara pengasuh adalah bahwa mereka mengorbankan
dirinya sendiri dalam melayani pasien. Perkembangan kemarahan yang bertahap
akibat dari pengorbanan diri tersebut seringkali ditekan-tekan karena perasaan
bersalah yang dihasilkannya. Harus diberikan perhatian terhadap kecenderung
untuk menyalahkan diri sendiri atau orang lain atas penyakit pasien dan untuk
memberikan penghargaan terhadap peranan yang dimainkan oleh pasien demensia
dalam kehidupan anggota keluarga.
PROGNOSIS
Perjalanan klasik dari demensia adalah onsetnya pada pasien
yang berusia 50-an dan 60-an, dengan pemburukan bertahap selama 5 sampai 10
tahun, yang akhirnya menyebabkan kematian. Usia saat onset dan kecepatan
pemburukannya adalah bervariasi di antara tipe demensia yang berbeda dan dalam
kategori diagnostik individual. Se¬bagai contohnya, rata-rata bertahan hidup
untuk pasien dengan demensia tipe Alzheimer adalah kira-kira 8 tahun, dengan
rentang 1 sampai 10 tahun. Data menyatakan bahwa pasien dengan on¬set demensia
yang dini kemungkinan memiliki perjalanan penyakit yang cepat. Jika demensia
didiagnosis, pasien hams menjalani pemeriksaan medis dan neurologis yang
lengkap, karena 10 sampai 15 persen dari semua pasien dengan de¬mensia
mempunyai kondisi yang kemungkinan reversibel jika pengobatan dimulai sebelum
terjadi kerusakan otak yang permanen.
KESIMPULAN
Demensia
merupakan suatu sindrom akibat penyakit atau gangguan otak yang biasanya
bersifat kronik progresif, dimana terdapat gangguan fungsi kortikal luhur yang
multiple seperti, daya ingat, daya tangkap, berhitung, kemampuan belajar,
berbahasa dan daya nilai. Umumnya disertai dan diawali dengan kemerosotan dalam
pengendalian emosi, perilaku sosial atau motivasi hidup. Untuk penegakan
diagnosis diperlukan anamnesis yang baik, gambaran klinik demensia atau kriteria
demensia, tes atau pemeriksaan fungsi luhur (tes mini mental, tes keadaan
mental), pemeriksaan klinis pasien termasuk pada informasi dari anggota
keluarga, teman-teman, dan perusahaan, kemudian mencari faktor penyebab atau
faktor pencetusnya dan disesuaikan dengan kriteria diagnostik demensia. Pada
pasien demensia yang harus dilakukan adalah menangani gejala demensia dan
gejala penyerta. Dilakukan terapi psikologi - behavioral-non farmakologik,
terapi farmakologik, mengatasi penyebab (pada treatable dementia).
Terima kasih infonya bermanfaat banget, karena ada keluarga yang menderita demensia juga.
ReplyDeleteSertifikasi ISO
Assalamu'alaikum wr wb..Saat ini saya lagi kebingungan menghadapi "perubahan" sikap ibu saya yg aneh menurut saya. Setelah mencari info kesana kesini,saya baru mennyadari kl ibu saya sudah pikun alias dimensia. Tapi dari semua artikel n cerita yg saya dapat,saya msh kebingungan dgn hal apa yg pertama harus saya lakukan. Saya ingin merawat ibu saya -yg dimensia- sendiri dgn cara yg benar (Insyaa Allah..aamiin yra). Mohon infonya step by step,misalnya saya harus kedokter apa dulu atau apa yg hrs saya lakukan terlebih dahulu. Terimakasih sebelumnya. Wassalamu'alaikum wr wb
ReplyDeleteApakah bisa dibantu dengan terapi atau sejenisnya ?
ReplyDeleteTraining Auditor
makasih infonya
ReplyDeleteKhasiat QnC Jelly Gamat
Mengobati penyakit jantung, gagal jantung, dll
Mengobati stroke
Mengobati berbagai jenis kanker dan tumor
Mengobati peradangan
Alzheimer, Asam Urat, Asam Lambung
Alergi, Angin Duduk
Anoreksia Nervosa
Asma, Anemia, Autis,
Batuk Berdarah, Batuk Kering, Batuk Pada Bayi
Biduran, Batu Ginjal, Batu Empedu
Bronkitis, Bintitan, Bell’s Palsy
Bopeng, Bulimia, Buta Warna
Cacar Air, Cacar kering
Campak, Cegukan, Chikungunya
Demam, Disentri, Diabetes
Epilepsi / Ayan, Filariasis
Gonore, Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C
Hidrosefalus, Haid Tidak Lancar / tidak teratur, Hipertensi
Jerawat, Bopeng, Keloid, Luka Bekas Operasi, Luka Bakar
Keputihan, Konstipasi atau Sembelit
Maag baik Akut ataupun Kronis
Nyeri Pinggang, Sinusitis
Panu, Kadas, Kurap, Penyakit Jamuran, Penurun Kolesterol Tinggi
Polip, Polio, Radang Sendi
Reumatik, Mioma Uteri, dan masih banyak lainnya.