Pencegahan Persalinan Preterm
Perasalinan preterm
adalah persalinan yang terjadi antara usia kehamilan 20-37 minggu
dihitung dari hari pertama haid terakhir yang ditandai dengan peningkatan
aktivitas uterus dan perubahan serviks sehingga menyebabkan persalinan. Di
negara berkembang insidennya sekitar 7% dari seluruh persalinan. Di berbagai
negara, angka kejadian persalinan preterm berkisar antara 5 – 15%, di Indonesia
sendiri kejadian persalinan preterm berkisar antara 10 - 20 %
Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya karena potensial
meningkatkan kematian perinatal sebesar 65%-75%, umumnya berkaitan dengan berat
lahir rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh kelahiran preterm
dan pertumbuhan janin yang terhambat.
Keduanya sebaiknya dicegah karena
dampaknya yang negatif; tidak hanya kematian perinatal tetapi juga morbiditas,
potensi generasi akan datang, kelainan mental dan beban ekonomi bagi keluarga
dan bangsa secara keseluruhan.
ETIOLOGI
Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti persalinan preterm
tidak diketahui. Berbagai sebab dan faktor demografik diduga sebagai penyebab
persalinan preterm, seperti: solusio plasenta, kehamilan ganda, kelainan
uterus, polihidramnion, kelainan kongenital janin, ketuban pecah dini dan
lain-lain. Penyebab persalinan preterm
bukan tunggal tetapi multikompleks, antara lain karena infeksi. Infeksi pada
kehamilan akan menyebabkan suatu respon imunologik spesifik melalui aktifasi
sel limfosit B dan T dengan hasil akhir zat-zat yang menginisiasi kontraksi
uterus. Terdapat makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa mungkin sepertiga
kasus persalinan preterm berkaitan dengan
infeksi membran korioamnion.
Dari penelitian didapati 38% persalinan preterm disebabkan
akibat infeksi korioamnion. Knox dan
Hoerner telah mengetahui hubungan antara infeksi jalan lahir dengan kelahiran
prematur. Bobbitt dan Ledger membuktikan infeksi amnion subklinis sebagai penyebab kelahiran
preterm. Dengan amniosentesis didapati bakteri patogen pada + 20% ibu yang
mengalami persalinan preterm dengan ketuban utuh dan tanpa agejala klinis
infeksi .
Cara masuknya kuman penyebab infeksi amnion, dapat sebagai
berikut
1) Melalui
jalur transervikal masuk ke dalam selaput
amniokorion dan cairan amnion. E. coli dapat menembus membran korioamnion.
2) Melalui
jalur transervikal ke desidua/chorionic junction pada segmen bawah rahim.
3) Penetrasi
langsung ke dalam jaringan serviks.
4) Secara
hematogen ke plasenta dan selaputnya.
5) Secara
hematogen ke miometrium
Selain itu endotoksin dapat masuk ke dalam rongga amnion secara
difusi tanpa kolonisasi bakteri dalam cairan amnion
Infeksi dan proses inflamasi amnion merupakan salah satu
faktor yang dapat memulai kontraksi uterus dan persalinan preterm. Menurut
Schwarz, partus aterm diinisiasi oleh aktivasi enzim phospholipase A2 yang
dapat melepaskan asam arakidonat dari membran janin sehingga terbentuk asam
arakidonat bebas yang merupakan bahan dasar sintesis prostaglandin. Bejar dkk
melaporkan sejumlah mikroorganisme mempunyai kemampuan untuk menghasilkan enzim
phospholipase A2 sehingga dapat menginisiasi terjadinya persalinan preterm.
Bennett dan Elder menunjukkan bahwa
mediator-mediator dapat merangsang timbulnya
kontraksi uterus dan partus preterm melalui pengaruhnya terhadap
biosintesis prostaglandin.4
Faktor Risiko Prematuritas
Mayor
1. Kehamilan
multipel
2. Hidramnion
3. Anomali
uterus
4. Serviks
terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
5. Serviks
mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
6. Riwayat
abortus pada trimester II lebih dari 1 kali
7. Riwayat
persalinan preterm sebelumnya
8. Operasi
abdominal pada kehamilan preterm
9. Riwayat
operasi konisasi
10. Iritabilitas
uterus
Minor
- Penyakit yang disertai demam
- Perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu
- Riwayat pielonefritis
- Merokok lebih dari 10 batang perhari
- Riwayat abortus pada trimester II
- Riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali
Pasien tergolong risiko tinggi bila dijumpai satu atau lebih
faktor risiko mayor; atau dua atau lebih faktor risiko minor; atau keduanya.
Kondisi selama kehamilan yg beresiko terjadinya persalinan
preterm adalah
1. Janin dan plasenta
a.
perdarahan trimester pertama
b.
perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta, vasa previa)
c. Ketuban pecah dini
d. Pertumbuhan janin terhambat
e. Cacat bawaan Janin
f. Kehamilan ganda / gemeli
g. Polihidramnion
2. ibu
a.
Penyakit berat pada ibu
b.
Diabetes Melitus
c.
Preeklampsia / hipertensi
d.
Infeksi Saluran Kemih / genital / intrauterin
e.
Penyakit infeksi dengan demam
f.
Stress Psikologik
g.
Kelainan bentuk uterus / serviks
h.
Riwayat persalinan preterm / abortus berulang
i.
Inkompetensi serviks (panjang serviks ≤ 1 cm
PATOGENESIS PERSALINAN PRETERM
A. Karena Infeksi
B. Karena Perdarahan
C. Karena Kehamilan Ganda (Gemeli)
DIAGNOSIS
Beberapa kriteria yang dipakai sebagai diagnosis ancaman
persalinan preterm :
1. Kontraksi yang berulang sedikitnya tiap 7-8 menit sekali
atau 2-3 kali dalam 10 menit
2. Nyeri Punggung bawah (Low Back Pain)
3. Perdarahan bercak
4. Perasaan menekan daerah servik
5. pemeriksaan servik menunjukkan telah terjadi pembukaan
sedikitnya 2 cm, dan penipisan hingga 80%
6. Presentasi janin rendah sampai mencapai spina ischiadica
7. Selaput ketuban pecah dapata merupakan tanda awal
terjadinya persalinan preterm
8. Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu
Berbagai Indikator telah dikemukakan untuk pengenalan dini
resiko terjadinya persalinan preterm antara lain
Indikator klinik.
1. Timbulnya kontraksi dan pemendekan servik (secara manual
atau USG)
2. Terjadi ketuban pecah dini
Indikator laboratorium. :
1. leukosit dalam air ketuban (20/ml atau lebih)
2. C-Reactive Protein lebih dari 0.7 mg /ml
3. Leukosit dalam serum ibu lebih dari 13.000/ml
Indikator Biokimia.
- Fibronektin janin : Kadar meningkat pada vagina, serviks, air ketuban memberikan indikasi adanya gangguan pada hubungan antara korion dan desidua. Pada kehamilan ≥ 24 minggu, kadar fibronektin janin ≥ 50 ng/ml mengindikasikan resiko preterm
- Corticotropin Releasing Hormon : Kasus-kasus persalinan preterm yang berkaitan dngan stress akan disertai dengan peningkatan kadar CRH pada serum ibu. Peningkatan dini / pada trimester kedua merupakan indikator kuat terjadinya persalinan preterm
- Sitokin inflamasi : Seperti IL-1β, IL-6, IL-8 dan TNFα telah di teliti sebagai indikator yang makin berperan pada PGE. IL-6 merupakan sitokin yang paling dominan diekspresikan dalam air ketuban. dengan nilai batas (cutoff) 3000pg/ml IL-6 dalam air ketuan akan beresiko untuk terjadinya persalinan preterm.
- Isoferitin Plasenta : Isoferritin Plasenta adalah protein yang diekspresi oleh sel limnfosit T (T-Cell/CD-4) pada plasenta. Penurunan kadar isoferritin dalam serum kurang dari 15,8 ± 15,7 U/ml akan beresiko untuk terjadinya persalinan preterm dengan nilai prediksi positip 59%
PENATALAKSANAAN
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan
preterm, terutama mencegah morbiditas dan mortalitas neonatus preterm
adalah7,8,9:
1. menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian
tokolisis
2. pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid
3. pencegahan terhadap infeksi dengan pemberian antibiotik
4. Emergency cerclage
5. Perencanaan persalinan
PENCEGAHAN
Pada umumnya pencegahan persalinan prematur dapat dilakukan
melalui tiga jenis upaya yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan
pencegahan tersier'
• Pencegahan
primer : pencegahan melalui pendekatan pada faktor resiko untuk terjadinya
persalinan prematur, faktor yang sering menimbulkan resiko kejadian persalinan
prematur adalah merokok, mengkonsumsi obat-obatan dan alkohol, serta faktor
nutrisi
• Pencegahan
sekunder : pada tahap gejala klinis belum tampak nyata, tetapi proses secara patologis
sudah berjalan, upaya pencegahan pada tahap ini dapat menghambat atau
menghentikan proses patologis supaya tidak berkembang
• Pencegahan
tersier : upaya pencegahan persalinan
prematur pada saat gejala secara klinis sudah nyata didapatkan. tahap ini
ditujukan untuk memperpanjang masa kehamilan dengan maksud memberikan
kesempatan untuk memperbaiki kualitas janin dan mempersiapkan persalinan yang
memadai.
Upaya historis telah dilakukan terutama ditujukan untuk
meningkatkan kelangsungan hidup dan kesehatan bayi prematur (tersier
intervensi). Namun upaya-upaya tersebut tidak mengurangi kejadian kelahiran
prematur. Peningkatan intervensi utama
yang diarahkan pada semua wanita, dan intervensi sekunder untuk mengurangi
resiko yang ada, dipandang perlu sebagai langkah-langkah untuk dikembangkan dan
dilaksanakan guna mencegah masalah kesehatan bayi prematur dan anak-anak.
Prakonsepsi
Meningkatkan kesadaran publik dan profesional mengenai ruang
lingkup masalah dan maknanya sebagai penyumbang utama kematian bayi merupakan
awal untuk mengurangi faktor risiko dapat dihindari. Di antara mereka adalah
kebutuhan untuk mengurangi instrumentasi rahim berulang (yaitu bedah aborsi
berulang) dan untuk menghindari pilihan yang berisiko dalam perawatan
infertilitas. Adopsi kebijakan profesional tertentu dapat mengurangi risiko
kelahiran prematur sebagaimana pengalaman dalam penangan kasus reproduksi terbatas. Banyak negara telah
membentuk program khusus untuk melindungi wanita hamil dari berbahaya terkait
shift malam. pekerjaan, menyediakan mereka dengan waktu untuk kunjungan
prenatal dan dibayar kehamilan-pergi. Penelitian menunjukkan bahwa kelahiran
prematur tidak berhubungan dengan jenis pekerjaan, tapi untuk bekerja
berkepanjangan (lebih dari 42 jam per minggu) atau berdiri terlalu lama (lebih
dari 6 jam per hari). Juga, kerja malam telah dikaitkan dengan kelahiran
prematur. Kebijakan kesehatan yang memperhitungkan hal ini dapat diharapkan
untuk mengurangi tingkat kelahiran prematur. Penting menghindari berat badan
ekstrim dan dukungan nutrisi yang baik.
Meskipun studi gagal untuk menunjukkan bahwa persiapan
multivitamin diambil sebelum konsepsi mengurangi risiko kelahiran prematur,
asupan asam folat prakonsepsi dianjurkan untuk mengurangi cacat lahir. Ada
bukti yang signifikan bahwa jangka panjang (> satu tahun) penggunaan
suplemen asam folat dapat mengurangi preconceptionally kelahiran prematur.
Mengurangi merokok diharapkan dapat memberikan manfaat pada wanita hamil dan
keturunan mereka.
Selama kehamilan
Intervensi yang seharusnya telah dimulai sebelum kehamilan
masih dapat lakukan selama kehamilan, termasuk penyesuaian nutrisi, penggunaan
suplemen vitamin, dan berhenti merokok, suplemen Kalsium serta asupan suplemen
vitamin C dan E. Tidak dapat ditampilkan untuk mengurangi kelahiran prematur
tarif. Strategi yang berbeda digunakan dalam administrasi perawatan prenatal,
dan studi masa depan perlu untuk menentukan apakah harus fokus pada skrining
bagi perempuan berisiko tinggi, atau melebar dukungan untuk perempuan berisiko
rendah, atau untuk apa gelar pendekatan ini harus digabung. Sementara infeksi
periodontal telah dikaitkan dengan kelahiran prematur, percobaan acak tidak
menunjukkan bahwa perawatan periodontal selama kehamilan mengurangi tingkat
kelahiran prematur
Screening perempuan berisiko rendah
Skrining untuk bakteriuria asimtomatik diikuti dengan
pengobatan yang tepat mengurangi pielonefritis dan mengurangi risiko lahir
prematur. studi ekstensif telah dilakukan untuk menentukan apakah bentuk lain
dari skrining pada wanita berisiko rendah diikuti dengan intervensi yang tepat
yang bermanfaat, termasuk: Skrining untuk. dan pengobatan Ureaplasma
urealyticum, streptokokus grup B, Trichomonas vaginalis, dan vaginosis bakteri
tidak mengurangi tingkat kelahiran prematur. USG rutin pemeriksaan dari panjang
serviks mengidentifikasi pasien pada risiko,. tapi cerclage tidak terbukti
berguna, dan penerapan progesteron yang berada di bawah studi. Skrining untuk
kehadiran fibronektin dalam cairan vagina tidak dianjurkan saat ini pada wanita
berisiko rendah.
Perawatan diri
Perawatan diri merupakan metode untuk mengurangi risiko
kelahiran prematur meliputi nutrisi yang tepat, menghindari stres, mencari
perawatan medis yang tepat, menghindari infeksi, dan kontrol faktor risiko
kelahiran prematur (misalnya bekerja berjam-jam sambil berdiri, paparan karbon
monoksida, kekerasan dalam rumah tangga , dan faktor lainnya). Pemantauan diri
pH vagina diikuti dengan pengobatan yoghurt atau pengobatan klindamisin jika pH
terlalu tinggi semua tampaknya efektif untuk mengurangi risiko lahir prematur
Wanita diidentifikasi berada pada peningkatan risiko untuk
lahir prematur berdasarkan riwayat masa lalu kandungan mereka atau adanya
faktor risiko yang diketahui. Prakonsepsi intervensi dapat membantu pada pasien
yang dipilih dalam beberapa cara. Pasien dengan anomali uterus tertentu mungkin
memiliki koreksi bedah (pengangkatan yaitu dari septum uterus), dan mereka
dengan masalah medis tertentu dapat dibantu dengan mengoptimalkan medis sebelum
konsepsi, baik untuk asma, diabetes, hipertensi dan lain-lain
Bed Rest
Pengurangan dalam kegiatan ibu meliputi pengistirahatan
panggul, kerja terbatas, istirahat di tempat tidur - sering dianjurkan meskipun
tidak ada bukti yang jelas dari kemanjurannya. Juga, meningkatkan perawatan
medis dengan kunjungan yang lebih sering dan lebih banyak pendidikan belum
menunjukkan penurunan tingkat kelahiran prematur. Penggunaan suplemen gizi seperti omega-3 asam
lemak tak jenuh ganda didasarkan pada pengamatan bahwa populasi yang memiliki
asupan tinggi agen tersebut berada pada risiko rendah untuk kelahiran prematur,
mungkin sebagai agen-agen menghambat produksi sitokin pro inflamasi. Sebuah uji
coba secara acak menunjukkan penurunan signifikan dalam tingkat kelahiran
prematur, dan studi lebih lanjut dalam
pembuatan.
Antibiotik
Studi memeriksa penggunaan antibiotik telah memberi hasil
beragam, sebuah tinjauan Cochrane dari 15 percobaan menunjukkan tidak ada
manfaat besar, kontras review oleh Lamont menyarankan bahwa pengobatan
vaginosis bakteri jika dimulai sebelum usia kehamilan 20 minggu menguntungkan.
Ia telah mengemukakan bahwa kehadiran korioamnionitis kronis tidak mungkin
dapat digunakan untuk antibiotik, sehingga kesulitan untuk menunjukkan
efektivitas mereka.
Pada Ibu dengan ancaman persalinan prematur dan terdeteksi
adanya vaginosis bakterial, pemberian klindamisin (2x300mg perhari selama 7
hari) atau Metronidazol (2x500mg perhari selama 7 hari) akan bermanfaat bila
diberikan pada usia kehamilan <32 minggu.
Progesteron
Progesteron, sering diberikan dalam bentuk
17-hidroksiprogesteron caproate, melemaskan otot-otot rahim, mempertahankan
panjang serviks, dan memiliki sifat anti-inflamasi, dan dengan demikian
diberikannya kegiatan diharapkan akan bermanfaat dalam mengurangi kelahiran
prematur. Dua meta-analisis menunjukkan pengurangan dalam risiko kelahiran
prematur pada wanita dengan kelahiran prematur berulang oleh 40-55%. Namun,
progesteron tidak efektif dalam semua populasi, sebagai studi yang melibatkan
kehamilan kembar gagal untuk melihat manfaat apapun.
Cerclage serviks
Dalam persiapan untuk persalinan, leher rahim wanita lebih
pendek. Serviks memendek dikaitkan dengan kelahiran prematur dan dapat
dideteksi dengan ultrasonografi. Cerclage serviks adalah intervensi bedah yang
menempatkan jahitan sekitar leher rahim untuk mencegah pemendekan dan melebar.
Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk menilai nilai cerclage serviks dan
prosedur muncul membantu terutama untuk wanita dengan leher rahim pendek dan
riwayat lahir prematur. Alih-alih cerclage profilaksis, wanita berisiko bisa
dimonitor selama kehamilan oleh sonografi , dan ketika pemendekan serviks
diamati, cerclage dapat dilakukan.
Hidrasi dan Sedasi
Hidrasi
oral maupun intravena sering dilakukan untuk mencegah persalinan prematur.
Mekanisme biologisnya belum diketahui pasti. Berdasarkan percobaan pada binatang
menunjukkan bahwa hidrasi menghambat hormon antidiuresis (ADH) dan ekspansi
volume plasma, karena pada ibu dengan ancaman persalinan prematur sering
didapatkan hipovolemi. Hidrasi yang berlebihan disertai dengan
pemberian tokolitik betamimetik dapat menimbulkan edema paru
Inhibisi kontraksi dengan tokolitik
Pencegahan
tersier adalah intervensi yang dilakukan apabila persalinan prematur tidak
dapat dicegah lagi. Tujuannya adalah untuk menurunkan morbiditasdan mortalitas
akibat persalinan prematur dengan cara merujuk ibu dalam kehamilan ke tempat
persalinan yang lebih baik
Obat-obatan
tokolitik yang dimaksud antara lain
- Beta2-sympathomimetics : Preparat yang biasa dipakai adalah ritodrine, terbutaline, salbutamol, isoxsuprine, fenoterol dan hexoprenaline. Kontraindikasi pemberian adalah penyakit jantung pada ibu, hipertensi atau hipotensi, hipertiroid, diabetes. Efek samping yang dapat terjadi yaitu; palpitasi, mual, sakit kepala, nyeri dada, hipotensi, aritmia jantung, edema paru, hiperglikemi dan hipokalemi. Efek samping pada janin antara lain; fetal takhikardia, hipoglikemik, hipokalemi, hipotensi.
- Indomethacin : Indomethacin adalah golongan antiinflamasi nonsteroid yang akan menghambat enzym COX (cyclo-oxygenase) sehingga mempengaruhi metabolisme prostaglandin. Indomethacin jarang menyebabkan efek samping pada ibu hamil, namun apabila terjadi, efek samping dapat berupa ulkus peptikum, perdarahan gastrointestinal, trombositopeni, reaksi alergi, gagal ginjal dan hipertensi berat bia dipakai bersama betablockers.
- 3. COX (cyclo-oxygenase)-2 inhibitors: Merupakan enzim spesifik yang berperan pada mekanisme persalinan prematur dan efek sampingnya akan lebih ringan dibandingkan dengan inhibitor COX yang tidak spesifik seperti indomethacin.
- Atosiban : Atosiban adalah suatu analog oksitosin yang bekerja pada reseptor oksitosin dan vasopresin. Diberikan secara parenteral. Meskipun lebih mahal dibandingkan nifedipin, namun lisensinya yang diperuntukkan pencegahan prematur dan keamanan pada ibu menyebabkan obat ini dipakai sebagai tokolitik lini pertama.
- Nifedipin : Nifedipin adalah antagonis kalsium yang diberikan peroral dan harganya murah. Menurut analisis Cochrane yang membandingkan nifedipin dengan tokolitik yang lain, juga membuktikan hambatan terhadap persalinan dan berkurangnya persalinan prematur < 34 minggu. Dosis yang diberikan 3x10mg per hari. Efek samping yang muingkin terjadi yaitu edema paru akut.
- Magnesium Sulfat : Magnesium sulfat dipakai sebagai tokolitik yang diberikan secara parenteral di USA. Mekanismenya belum jelas mungkin terlibat dalam kompetisi antara kalsium intraseluler dengan hiperpolarisasi membran sel. Terdapat berbagai macam efek samping yang ditemui seperti; sakit kepala, nistagmus, rasa kering pada mulut, rasa lelah dan pada pasien dengan gangguan ginjal dapat terjadi gangguan neuromuskuler.
KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang mungkin terjadi 10
o Mengalami
Kelainan Jangka Pendek
- RDS
(Respiratory Distress Syndrom)
- Perdarahan
Intra/periventrikuler
- NEC
(Necrotizing Entero Cillitis)
- Displasi
bronko pulmonar
- Sepsis
- Paten Ductus
Arteriosus
o Mengalami
Kelainan Jangka Panjang
- Cerebral
Palsy
- Retinopati
- Retardasi
Mental
- Disfungsi
Neurobehavioral dan prestasi sekolah yang kurang baik
o Kematian
Perinatal
PROGNOSA
Pada kehamilan umur 32 minggu dengan berat bayi > 1500 gr
keberhasilan hidup sekitar 85%, sedang dengan berat bayi < 1500gr
keberhasilan sekitar 80%. Pada Kehamilan umur < 32 minggu dengan berat bayi
< 1500gr angka keberhasilan hanya 59%.
Thank you infonya, jadi tau masalah ini lebih dalam.
ReplyDeleteTraining Auditor
Lembaga Sertifikasi ISO
sumber bagan dari mana >???
ReplyDelete