GANGGUAN TIDUR
Pengertian Tidur
Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh
ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan
masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniyah yang berbeda (Tarwanto dan
Wartonah, 2006: 100).
Fisiologi Tidur
Gambar 2.1 Fisiologi Tidur
Kontrol dan regulasi tidur tergantung pada interrelasi
antara dua mekanisme serebral yang bekerja saling berlawanan antara yang satu
dengan lainnya. Keduanya secara intermiten mengaktivasi dan mensupresi pusat
luhur di otak yang mengontrol tidur dan terjaga. Satu mekanisme menyebabkan
individu terjaga, sedangkan mekanisme lainnya menyebabkan individu tertidur.
Sistem pengaktipan reticular (reticular activating
system/RAS) terletak dalam batang otak atas (upper brainstem). RAS diyakini
mengandung sel-sel khusus yang mempertahankan keadaan siaga dan terjaga. RAS
menerima input rangsang sensori visual, auditori dan nyeri serta rangsang raba.
Aktivitas dari serebral kortek (seperti emosi dan proses berfikir) juga
menstimulasi RAS. Studi yang dilaporkan oleh Canavan (1984) dan Chuman (1983)
dalam Potter & Perry (1993) meyakini bahwa keadaan terjaga merupakan akibat
dari neuron-neuron yang ada dalam RAS melepaskan katekolamin seperti hormon
norepineprin.
Tidur dapat juga ditimbulkan oleh pelepasan serotonin dari
sel khusus dalam raphe sleep system pada pons dan bagian medial dari otak
depan. Area otak ini disebut juga sebagai regio pengsinkronan bulbar (bulbar
synchronizing region/BSR). Bagaimana seseorang dapat mempertahankan keadaan terjaga
atau keadaan tidur bergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dari pusat
otak (seperti, berfikir); reseptor sensori perifer seperti stimuli bunyi dan
cahaya; dan sistem limbik atau emosi (Potter & Parry,1993).
Seorang yang mencoba untuk tidur, akan menutupkan matanya
dan mengatur posisinya sehingga rilek. Stimulus pada RAS menjadi menurun. Jika
ruangan digelapkan dan tenang, maka aktivasi RAS akan semakin menurun. Pada
suatu saat BSR akan mengambil alih, sehingga menyebabkan individu menjadi tertidur
(Potter & Perry, 1993).
Tahapan Tidur
Tahap NREM (Non Rapid Eye Movement)
Tahap I
Tahap I merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur
dengan ciri sebagai berikut : rileks, masih sadar dengan lingkungan, frekuensi
nadi dan nafas sedikit menurun, bola mata bergerak dari samping ke samping,
dapat bangun segera selama tahap ini. Tahap ini berlangsung selama 5 menit.
Tahap II
Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun dengan ciri sebagai berikut : bola mata berhenti bergerak, temperatur
tubuh menurun, serta frekuensi nadi dan nafas menurun secara jelas. Tahap ini
berlangsung sekitar 10-15 menit.
Tahap III
Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan
frekuensi nafas serta proses tubuh lainnya lambat, awal dari keadaan tidur
lelap, disebabkan adanya dominasi sistem syaraf parasimpatis dan sulit untuk
dibangunkan. Berlangsung 15-30 menit.
Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur nyenyak, sulit dibangunkan
gerakan bola mata cepat, sekresi lambung menurun, jarang bergerak dan sulit
dibangunkan, serta tonus otot menurun.
Tahap REM (Rapid Eye Movement)
Pada tahap ini seseorang sulit dibangunkan, mata tertutup
dan terbuka dengan cepat, frekuensi nadi dan nafas menjadi tidak teratur,
tekanan darah meningkat, sekresi gaster meningkat, temperatur tubuh meningkat,
kejang otot kecil dan otot besar imobilisasi. Tahap ini penting untuk
perkembangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar, memori dan adaptasi.
Pola dan kebutuhan tidur
1. Neonatus
sampai dengan 3 bulan 16 jam/hari
Minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM
2. Bayi
Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam
Usia 1 bulan sampai 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari
Tahap Rem 20-30%
3. Toddler
Tidur 11-12 jam/hari
Tahap REM 25%
4. Prasekolah
Tidur 10-12 jam/hari
Tahap REM 20%
5. Usia
sekolah
Tidur 10 jam pada malam hari
Tahap REM 18,5%
6. Adolensia
Tidur 8,5 jam pada malam hari
Tahap REM 20%
7. Dewasa
muda
Tidur 7-8 jam/hari
Tahap REM 20%-25%
8. Usia
dewasa pertengahan
Tidur 7 jam/hari
Tahap REM 20%
9. Usia tua
Tidur 6 jam/hari
Tahap REM 20-25%
Tahap IV NREM menurun dan kadang-kadang absen
Sering terbangun pada malam hari
Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur
1. Penyakit
Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak
penyakit yang memperbesar kebutuhan tidur, misalnya penyakit yang disebabkan
oleh infeksi akan memerlukan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasi
keletihan. Banyak juga keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur, bahkan
tidak bias tidur.
2. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan yaman bagi seseorang dapat
mempercepat terjadinya proses tidur.
3. Motivasi
Motivasi adalah suatu dorongan atau keinginan seseorang
untuk tidur, yang dapat mempengaruhi proses tidur. Keinginan untuk menahan
tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur.
4. Kelelahan
kelelahan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan
lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan,
hal tersebut terlihat pada seseorang yang telah melakukan aktivitas dan
mencapai kelelahan. Orang yang mengalami kelelahan akan lebih cepat untuk dapat
tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek.
5. Kecemasan
Kondisi cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf
parasimpatis sehingga mengganggu tidurnya.
6. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat
proses tidur. Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur,
karena adanya tryptophan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna.
7. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan
minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
8. Obat-obatan
Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis
obat yang dapat memperngaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat diuretik
menyebabkan seseorang insomnia, anti depresan dapat menekan REM, kafein dapat
meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan
beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia dan golongan narkotika dapat
menekan REM sehingga mudah mengantuk.
Masalah kebutuhan tidur
1. Insomnia
Adalah ketidak mampuan memperoleh secara cukup kualitas dan
kuantitas tidur. Insomnia bukan berarti sama sekali seseorang tidak dapat tidur
atau kurang tidur karena orang yang menderita insomnia sering dapat tidur lebih
lama dari yang mereka perkirakan, tetapi kualitasnya kurang. Ada 3 macam
insomnia yaitu initial insomnia adalah ketidakmampuan untuk mengawali tidur,
intermitent insomnia merupakan ketikmampuan untuk tetap mempertahankan tidur
karena sering terbangun dan terminal insomnia adalah bangun lebih awal tetapi
tidak pernah tertidur kembali. Penyebab insomnia adalah ketidakmampuan fisik,
kecemasan dan kebiasaan minum alkohol dalam jumlah banyak.
2. Hipersomnia
Berlebihan jam tidur dimalam hari, lebih dari 9 jam,
biasanya disebabkan oleh depresi, kerusakan syaraf tepi, beberapa penyakit
ginjal, liver dan metabolisme.
3. Parasomnia
Parasomnia merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat
mengganggu pola tidur, seperti somnambulisme (berjalan-jalan dalm tidur) yang
banyak terjadi pada anak-anak, yaitu pada tahap III dan IV dari tidur NREM.
Somnabulisme dapat menyebabkan cedera.
4. Enuresa
Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada
waktu tidur, atau biasa juga disebut mengompol. Enuresa dibagi menjadi dua
jenis, yaitu : enuresa noktural merupakan mengompol di waktu tidur dan enuresa
diurnal adalah mengompol pada saat bangun tidur. Enuresa noktural umumnya
merupakan gangguan pada tidur NREM.
5. Apnea
tidur dan mendengkur
Mendengkur pada umumnya tidak termasuk dalam gangguan tidur,
tetapi mendengkur yang disertai dengan keadaan apnea dapat menjadi masalah.
Mendengkur sendiri disebabkan oleh adanya rintangan dalam pengaliran udara
dihidung dan mulut pada waktu tidur, biasanya disebabkan oleh adanya adenoid,
amandel dan mengendurnya otot di belakang mulut. Terjadinya apnea dapat
mengacaukan jalannya pernafasan sehingga dapat mengakibatkan henti nafas. Bila
kondisi ini berlangsung lama, maka dapat menyebabkan kadar oksigen dalam darah
menurun dan denyut nadi menjadi tidak teratur.
6. Narkolepsi
Narcolepsi merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri
untuk tidur, misalnya tetidur dalm keadaan berdiri, mengemudi kendaraan, atau
disaat sedang membicarakan sesuatu. Hal ini merupakan suatu gangguan
neurologis.
7. Mengigau
Mengigau dikategorikan dalam gangguan tidur bila terlalu
sering dan diluar kebiasaan. Ditemukan bahwa hampir semua orang pernah mengigau
dan terjadi sebelum tidur REM.
Tanda-tanda Kekurangan Tidur
Apabila seseorang kehilangan tidur NREM
- Menarik diri, apatis dan respons menurun.
- Merasa tidak enak badan.
- Ekspresi wajah (area gelap disekitar mata, bengkak dikelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung).
- Malas berbicara.
- Kantuk yang berlebihan (sering menguap).
- Kemampuan memberikan pertimbangan atau keputusan menurun.
- Tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian).
- Terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing.
- Sulit melakukan aktivitas sehari-hari.
- Daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi,dan ilusi penglihatan atau pendengaran.
Kuantitas dan kualitas tidur
Kuantitas tidur
Kuantitas tidur adalah jumlah tidur seseorang pada siang dan
malam hari yang biasanya dihitung dengan jumlah waktu (jam).
- Neonatus sampai dengan 3 bulan. Tidur 16 jam/hari, 5-6 jam tidur siang dan 10-11 jam malam hari.
- Bayi. Tidur 14 jam/hari, 2-4 jam tidur siang dan 10-11 jam malam hari.
- Toddler. Tidur 11-12 jam/hari, 1-3 jam tidur siang dan 9-10 jam malam hari.
- Prasekolah. Tidur 11 jam/hari, 0-1 jam tidur siang dan 10-11 jam malam hari. Pada usia 5 tahun anak sudah tidak membutuhkan tidur siang.
- Usia sekolah. Tidur 10 jam pada malam hari.
- Adolensia. Tidur 8,5 jam pada malam hari.
- Dewasa muda. Tidur 7-8 jam/hari.
- Usia dewasa pertengahan. Tidur 7 jam/hari.
- Usia tua. Tidur 6 jam/hari.
Kualitas tidur
Kualitas adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga
seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan
gelisah, lesu dan apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak,
konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan
sering menguap atau mengantuk (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006 : 130). Seseorang
dikatakan memenuhi kualitas tidur bila seseorang tersebut tidak menunjukkan
tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya.
Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda
psikologis.
1. Tanda
fisik
- Ekspresi wajah (area gelap disekitar mata, bengkak dikelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung).
- Kantuk yang berlebihan (sering menguap).
- Tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian).
- Terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing.
2. Tanda
psikologis
- Menarik diri, apatis dan respons menurun.
- Merasa tidak enak badan.
- Malas berbicara.
- Daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran.
- Kemampuan memberikan pertimbangan atau keputusan menurun.
3. Masalah
kebutuhan tidur
- Insomnia
- Hipersomnia
- Parasomnia
- Enuresa
- Apnea tidur dan mendengkur
- Narkolepsi
- Mengigau
Penatalaksanaan
Masa neonatus dan bayi
- Berikan cahaya yang lembut.
- Hindari pemberian bantal yang terlalu banyak.
- Berikan aktivitas yang tenang sebelum menidurkan bayi, misalnya membelai, meminang, bersenandung dan berikan lingkungan yang nyaman.
Masa Toddler ( balita )
- Berikan waktu tidur malam dan siang konsisten.
- Berikan aktivitas yang tenang sebelum tidur.
- Dukung aktivitas ”pereda ketegangan”, seperti bercerita dan memberikan mainan.
Masa Prasekolah
- Berikan kebiasaan waktu tidur malam dan siang secara konsisten.
- Dukung aktivitas ”pereda ketegangan”, seperti cerita sebelum tidur (dongeng) dan memberikan mainan.
- Minum susu sebelum tidur.
Masa Adolensia ( remaja )
- Usia ini sering memerlukan waktu sebelum tidur yang cukup lama untuk berdandan dan membersihkan diri.
- Makanan tinggi protein seperti susu dan keju dapat meningkatkan rasa ngatuk.
Masa Dewasa (muda, pertengahan dan tua)
- Bantu pasien dengan melepas ketegangan sebelum tidur.
- Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman.
Terima kasih, infonya berguna banget.
ReplyDeleteTraining Auditor
Khasiat QnC Jelly Gamat
ReplyDeleteMengobati penyakit jantung, gagal jantung, dll
Mengobati stroke
Mengobati berbagai jenis kanker dan tumor
Mengobati peradangan
Alzheimer, Asam Urat, Asam Lambung
Alergi, Angin Duduk
Anoreksia Nervosa
Asma, Anemia, Autis,
Batuk Berdarah, Batuk Kering, Batuk Pada Bayi
Biduran, Batu Ginjal, Batu Empedu
Bronkitis, Bintitan, Bell’s Palsy
Bopeng, Bulimia, Buta Warna
Cacar Air, Cacar kering
Campak, Cegukan, Chikungunya
Demam, Disentri, Diabetes
Epilepsi / Ayan, Filariasis
Gonore, Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C
Hidrosefalus, Haid Tidak Lancar / tidak teratur, Hipertensi
Jerawat, Bopeng, Keloid, Luka Bekas Operasi, Luka Bakar
Keputihan, Konstipasi atau Sembelit
Maag baik Akut ataupun Kronis
Nyeri Pinggang, Sinusitis
Panu, Kadas, Kurap, Penyakit Jamuran, Penurun Kolesterol Tinggi
Polip, Polio, Radang Sendi
Reumatik, Mioma Uteri, dan masih banyak lainnya.