GLAUKOMA SUDUT
TERTUTUP
(Glaukoma Kongestif
akut , closed-angle glaucoma)
Penyakit ini disebabkan:
- Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliar
- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil ( glaukoma hambatan pupil )
Menurut Von Graefe ( abad 19 ) : Glaukoma merupakan kumpulan
beberapa penyakit dengan tanda utama tekanan intra okuler yang tinggi dengan
segala akibatnya, yaitu penggaungan dan atrofi saraf optik serta defek lapangan
pandangan yang khas. Bagian mata yang penting pada glaukoma adalah sudut
filtrasi5
Klasifikasi glaukoma
berdasarkan etiologi :
- Glaukoma Primer
~
Sudut Terbuka
~
Sudut Tertutup
- Glaukoma Kongenital
~
Primer
~
Berkaitan dengan kelainan perkembangan mata lain
~
Berkaitan dengan kelainan perkembangan
ekstraokuler
- Glaukoma Sekunder
- Glaukoma Absolut
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan
predisposisi anatomis tanpa disertai
kelainan lain. Peningkatan tekanan intraocular terjadi karena sumbatan
aliran keluar aqueous akibat adanya oklusi anyaman trabekular pleh iris perifer.
Keadaan ini dapat bermanifestasi sebagai suatu kedaruratan oftalmologik atau
dapat tetap asimptomatik sampai timbul penurunan penglihatan. Diagnosis
ditegakan dengan melakukan pemeriksaan segmen anterior dan gonioskopi yang
cermat. Istilah glaukoma sudut tertutup primer hanya digunakan bila penutupan
sudut primer telah menimbulkan kerusakan nervus optikus dan kehilangan lapangan
pandang.
EPIDEMIOLOGI
Sejak tahun 1967 kebutaan telah dideklarasikan sebagai
masalah nasional, dimana kebutaan dapat berdampak pada masalah sosial, ekonomi
dan psikologi bukan hanya bagi penderita melainkan juga bagi masyarakat dan
negara. Prevalensi kebutaan di Indonesia masih sangat tinggi dengan penyebab
utamanya yaitu katarak (0,78%), glaukoma (0,2%), kelainan refraksi (0,14%) dan
beberpa penyakit yang berhubungan dengan lanjut usia (0,38%). Berdasarkan
perkiraan WHO, tahun 2000 ada sebanyak 45 juta orang didunia yang mengalami
kebutaan. Sepertiga dari jumlah itu berada di Asia Tenggara. Untuk kawasan Asia
Tenggara. Untuk Kawasan Asia Tenggara, berdasarkan Survei Kesehatan Indera
Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996 menunjukkan angka kebutaan di
Indonesia sekitar 1,5 % dari jumlah penduduk atau setara dengan 3 juta orang.
Jumlah ini jauh lebih tinggi dibanding Bangladesh (1%), India (0,7%), dan
Thailand (0,3%). Jumlah penderita kebutaan di Indonesia meningkat, disebabkan
oleh meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya usia harapan hidup, kurangnya
pelayanan kesehatan mata dan kondisi geografis yang tidak menguntungkan.
Berdasarkan survei WHO pada tahun 2000, dari sekitar 45 juta
penderita kebutaan 16% diantaranya disebabkan karena glaukoma, dan sekitar 0,2
% kebutaan di Indonesia disebabkan oleh penyakit ini. Sedangkan survei
Departemen Kesehatan RI 1982-1996 melaporkan bahwa galukoma menyumbang 0,4 5 atau
sekitar 840.000 orang dari 210 juta penduduk penyebab kebutaan. Kondisi ini
semakin diperparah dengan pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah akan
bahaya penyakit ini. Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah melakukan analisa
kepustakaan mengenai prevalensi, insiden dan derajat dari berbagai jenis
glaukoma. Dengan menggunakan data tahun1980-1990, WHO melaporkan jumlah
populasi di dunia dengan tekanan bola mata yang tinggi (>21 mmHg) sekitar
104,5 juta orang Prevalensi kebutaan untuk semua jenis glaukoma diperkirakan
mencapai 5,2 juta orang. Glaukoma bertanggung jawab atas 15 % penyebab
kebutaan, dan menempatkan glaukoma sebagai penyebab ketiga kebutaan di dunia
setelah katarak dan trakhoma.
ANATOMI DAN
FISIOLOGI
Anatomi Sudut
Filtrasi
Sudut filtrasi terdapat
didalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang dibatasi oleh garis yang
menghubungkan akhir dari membran Descement dan membran Bowman, lalu ke
posterior 0,75 mm, kemudian kedalam mengelilingi kanal Schlemm dan trabekula
sampai ke coa.
.
Akhir dari membran Descement disebut garis Schwable. Bagian
terpenting dari sudut filtrasi adalah trabekula, yang terdiri dari :
- Trabekula Korneoskleral
- Trabekula Uveal
- Serabut berasal dari akhir membran Descement (garis Schwalbe), menuju kejaringan pengikat m. Siliaris radialis dan sirkularis.
- Ligamentum pektinatum rudimenter
Kanal Schlemm merupakan kapiler yang dimodifikasi, yang
mengelilingi kornea. Pada dindingnya sebelah dalam terdapat lubang-lubang
sebesar 2 u sehingga terdapat hubungan langsung antara trabekula dan kanal
Schlemm. Dari kanal Schlemm keluar saluran kolektor, 20-30 buah, yang menuju ke
pleksus vena didalam jaringan sklera dan episklera dan v.siliaris anterior
dibadan silier.
Cairan bilik mata (akuos humor) dibentuk oleh badan silier,
masuk kedalam bilik mata belakang (cop) melalui pupil, kebilik mata depan (coa)
kesudut coa, melalui trabekula kekanal Schlemm, saluran kolektor kemudian masuk
kedalam pleksus vena, dijaringan sklera dan episklera juga ke v.siliaris
anterior di badan silier. Saluran yang mengandung cairan coa dapat dilihat
didaerah limbus dan subkonjungtiva yag dinamakan akueus veins. Glaukoma terjadi
apabila terdapat ketidak seimbangan antara pembentukan dan pengaliran akuos
humor.
Faktor anatomis yang menyebabkan sudut sempit adalah :
·
Bulbus okuli yang pendek
·
Tumbuhnya lensa
·
Kornea yang kecil
·
Iris tebal
Faktor fisiologis yang menyebabkan coa sempit :
·
Akomodasi
·
Dilatasi pupil
·
Letak lensa lebih kedepan
·
Kongesti badan cilier
Fisiologi humor
akueus (Aqueous Humour)
Aqueous humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera
anterior dan posterior mata, diproduksi di korpus siliaris. Volumenya sekitar
250 uL, dengan kecepatan pembentukan sekitar 1,5-2 uL/menit. Tekanan osmotik
sedikit lebih tinggi dari plasma. Komposisi mirip plasma, kecuali kandungan
konsentrasi askorbat, piruvat dan laktat lebih tinggi dan protein, urea, dan
glukosa lebih rendah. Setelah memasuki kamera posterior, melalui pupil akan
masuk ke kamera anterior dan kemudian ke perifer menuju sudut kamera anterior.
Jalinan/jala trabekular terdiri dari berkas-berkas jaringan
kolagen dan elastik yang dibungkus oleh sel-sel trabekular yang membentuk suatu
saringan dengan ukuran pori-pori semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis
Schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui insersinya kedalam jalinan trabekula
memperbesar ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase
humor juga meningkat. Aliran aqueous humor ke dalam kanalis Schlemm bergantung
pada pembentukan saluran-saluran transeluler siklik di lapisan endothel.
Saluran eferen dari kanalis Schlemm (sekitar 30 sluran pengumpul dan 12 vena
akueus) menyalurkan cairan ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil Aqueous humor
keluar dari mata antara berkas otot siliaris dan lewat sela-sela sclera (aliran
uveosklera). Resistensi utama terhadap aliran Aqueous humor dari kamera
anterior adalah lapisan endothel saluran Schlemm dan bagian-bagian jalinan
trabekular di dekatnya, bukan dari sistem pengumpul vena. Tetapi tekanan di
jaringan vena episklera menentukan besar minimum tekanan intraokuler yang
dicapai oleh terapi medis.
Sudut kamera okuli anterior memiliki peran penting dalam
drainase aqueous humor. Sudut ini dibentuk oleh pangkal iris, bagian depan
badan siliaris, taji skleral, jalinan trabekular dan garis Schwalbe (bagian
ujung membrane descement kornea yang prominen). Lebar sudut ini berbeda pada
setiap orang, dan memiliki peranan yang besar dalam menentukan patomekanisme
tipe glaukoma yang berbeda-beda. Struktur sudut ini dapat dilihat dengan
pemeriksaan gonioskopi. Hasilnya dibuat dalam bentuk grading, dan sistem yang
paling sering digunakan adalah sisten grading Shaffer.
Berikut merupakan table 1, yang menunjukkan grading sistem
Shaffer
Grade
|
Lebar sudut
|
Konfigurasi
|
Kesempatan untuk menutup
|
Struktur pada Gonioskopi
|
IV
|
35-45
|
Terbuka lebar
|
Nihil
|
SL, TM, SS, CBB
|
III
|
20-35
|
Terbuka
|
Nihil
|
SL, TM, SS
|
II
|
20
|
Sempit (moderate)
|
Mungkin
|
SL, TM
|
I
|
10
|
Sangat sempit
|
Tinggi
|
Hanya SL
|
0
|
0
|
Tertutup
|
Tertutup
|
tidak tampak struktur
|
Keterangan :
SL : Schwalbe’s line, TM : trabecular meshwork, SS : scleral
spur, CBB : ciliary body band.
Sistem aliran drainase aqueous humor, terdiri dari jalinan
trabekular, kanal Schlemm, jembatan pengumpul, vena-vena aqueous dan vena
episkleral. Adapun jalinan trabekular terdiri dari tiga bagian yakni jalinan
uveal, korneoskleral, dan jukstakalanikular. Jalinan uveal merupakan jalinan
paling dalam dan meluas dari pangkal iris dan badan siliaris sampai garis
Schwalbe. Jalinan korneoskleral membentuk bagian tengah yang lebar dan meluas
dari taji skleral sampai dinding lateral sulkus skleral. Jalinan jukstakanalikular
membentuk bagian luar, dan terdiri dari lapisan jaringan konektif. Bagian ini
merupakan bagian sempit trabekular yang menghubungkan jalinan korneoskleral
dengan kanal Schlemm. Sebenarnya lapisan endotel luar jalinan jukstakanalikular
berisi dinding dalam kanal Schlemm yang berfungsi mengalirkan aqueous ke luar.
Kanal Schlemm merupakan suatu saluran yang dilapisi
endothel, tampak melingkar pada sulkus skleral. Sel-sel endotel pada dinding
dalam ireguler, berbentuk spindle, dan terdiri dari vakuol-vakuol besar. Pada
dinding bagian luar terdapat sel-sel otot datar datar dan mempunyai pembukaan
saluran pengumpul.
Saluran pengumpul disebut juga pembuluh aqueous
intraskleral, jumlahnya sekitar 25-35, meninggalkan kanal Schlemm pada sudut
oblik dan berakhir di vena-vena episkleral. Vena ini dibagi menjadi dua sistem.
Sistem langsung, yakni dimana pembuluh besar melalui jalur pendek intraskleral
dan langsung ke vena episkleral. Sedangkan saluran pengumpul yang kecil,
sebelum ke vena episkleral, terlebih dahulu membentuk pleksus intraskleral.
Sistem drainase aqueous humor terdiri dari dua jalur, yakni
jalur trabekular (konvensional) dan jalur uveoskleral. Jalur drainase terbanyak
adalah trabekular yakni sekitar 90% sedangkan melalui jalur uveoskleral hanya
sekitar 10%. Pada jalur trabekular, aliran aqueous akan melalui kamera
posterior, kamera anterior, menuju kanal Schlemm dan berakhir pada vena
episkleral. Sedangkan jalur uveoskleral, aqueous akan masuk ke ruang suprakoroidal
dan dialirkan ke vena-vena pada badan siliaris, koroid dan sclera.
Tekanan intra
okuler normal
Tekanan intra okuler ( TIO ) yang normal berkisar antara
15-20 mmHg. Ini sangat individual, sebab mungkin ada mata dengan tensi dalam
batas-batas normal, tetapi menunjukkan tanda glaukoma. Karena itu lebih baik
disebut tekanan normatif, yaitu dimana TIO tidak menimbulkan akibat buruk.
Umumnya tekanan 24,4 mmHg masih dianggap sebagai batas tertinggi. Tekanan 22
mmHg dianggap “High normal” sehingga kita harus waspada.
Tekanan intra okuler ini untuk satu mata tidak selalu tetap,
tetapi :
- Pada bernafas ada fluktuasi 1-2 mmHg
- Pada jam 5-7 pagi paling tinggi, siang hari menurun, malam
hari menaik lagi.
Hal ini dinamakan variasi diurnal, dengan fluktuasi 3 mmHg.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi peningkatan tekanan intraokular, baik
disebabkan oleh mekanisme sudut terbuka atau sudut tertutup akan dibahas sesuai
pembahasan masing-masing penyakit tersebut. Efek peningkatan tekanan
intraokular di dalam mata ditemukan pada semua bentuk glaukoma, yang
manifestasinya dipengaruhi oleh perjalanan waktu dan besar peningkatan tekanan
intraokuler. Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi
sel ganglion difuse, yang menyebabkan penipisan serat saraf dan inti bagian
dalam retina dan berkurangnya akson di saraf optikus. Diskus optikus menjadi
atrofik, disertai pembesaran cekungan optikus . Iris dan korpus siliaris juga
menjadi atrofik, dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin.
Pada beberapa penelitian menunjukkan tekanan intraokular
yang meningkat di atas 21 mmHg, menunjukkan peningkatan persentase defek
lapangan pandang, dan kebanyakan ditemukan pada pasien dengan tekanan intraokuler
berkisar 26-30 mmHg. Penderita dengan tekanan intraokuler diatas 28 mmHg 15
kali beresiko menderita defek lapangan pandang daripada penderita dengan
tekanan intraokular berkisar 22 mmHg
Pada glaukoma sudut tertutup akut, tekanan intraokular
mencapai 60-80 mmHg, sehingga terjadi kerusakan iskhemik pada iris yang
disertai edema kornea
KLASIFIKASI
1. Fase Prodorma ( Fase nonkongestif )
Sebelum penderita mendapat serangan akut, ia mengalami
serangan prodorma, meskipun tidak selalu demikian. Pada stadium ini terdapat
pengelihatan kabur, melihat halo sekitar lampu atau lilin, disertai sakit
kepala, sakit pada mata dan kelemahan akomodasi. Keadaan ini dapat berlangsung
½ - 1 jam.
Pada pemeriksaan stadium ini didapatkan :
*
Injeksi perikornea yang ringan
*
Kornea agak suram ( karena edema )
*
Bilik mata depan dangkal
*
Pupil sedikit melebar ( reaksi cahaya lambat )
*
Tekanan intra okuler meninggi
Bila serangan mereda, mata menjadi normal kembali, kecuali
penurunan daya akomodasi tetap ada. Karena itu bila terdapat penderita dengan
kenaikan yang cepat dari presbiopinya, waspadalah terhadap kemungkinan glaukoma
sudut tertutup.
Stadium ini diperberat oleh :
*
Insomnia
*
Kongesti vena
*
Gangguan emosi
*
Kebanyakan minum
*
Pemakaian midriatika
Jarak antara serangan dapat terjadi setelah beberapa minggu
atau bulan. Tetapi makin lama makin sering dan serangannya berlangsung lebih
lama. Stadium ini dapat berlangsung beberapa minggu, bulan, bahkan beberapa
tahun sebelum menjadi glaukoma akut.
Penatalaksanaan :
v
Medikamentosa
- Miotikum ( Pilokarpin 2-4 % tiap 20-30 menit )
- Penghambat karbonik anhidrase ( diamox, glaupax, glaukon,
corotazol )
v
Operasi
- Iridektomi perifer : Menghubungkan bilik mata depan dengan
bilik mata belakang.
- Operasi filtrasi : Bila pernah beberapa kali mengalami
serangan sehingga terjadi sinekhia anterior perifer ( goniosinekhia )
2. Akut ( Stadium
Kongestif )
Pada stadium ini, penderita tampak sangat payah, memegangi
kepalanya karena sakit hebat. Glaukoma akut menyebabkan visus cepat menurun
disertai sakit hebat didalam mata yang menjalar sepanjang N.V, sakit di kepala,
muntah-muntah, nausea dan dapat tampak halo disekitar lampu.
Manifestasi Klinis :
Glaukoma Sudut Tertutup Primer Akut adalah glaukoma yang
ditandai oleh penutupan anyaman trabekulum oleh pangkal iris atau sinekia
anterior perifer sehingga menyebabkan obstruksi total aliran keluar humor akuos
secara tiba-tiba. Pada jenis ini TIO meningkat secara cepat sebagai akibat dari
penutupan trabekulum yang mendadak oleh iris perifer.
Gejala objektif :
*
Palpebra : Bengkak
*
Konjungtiva bulbi : Hiperemia kongestif, kemosis
dengan injeksi silier, injeksi konjungtiva, injeksi episklera
*
Kornea : keruh, insensitif karena tekanan pada
saraf kornea
*
Bilik mata depan : Dangkal
*
Iris : gambaran coklat bergaris tak nyata karena
edema, berwarna kelabu.
*
Pupil : Melebar, lonjong, miring agak vertikal,
kadang-kadang didapatkan midriasis yang total, warnanya kehijauan, refleks
cahaya lamban atau tidak ada samasekali¹
Gejala Subjektif :
*
Nyeri hebat
*
Kemerahan ( injeksi siliaris )
*
Pengelihatan kabur
*
Melihat halo
*
Mual - muntah
Pemeriksaan Glaukoma :
Ø
Funduskopi : Papil saraf optik menunjukkan
penggaungan dan atrofi
Ø
Tonometri : TIO lebih tinggi daripada stadium
nonkongestif
Ø
Tonografi : Menunjukkan outflow yang baik.
Tetapi bila sudah ada perlengketan antara iris dan trabekula ( goniosinekhia,
sinekhia anterior posterior ), maka aliran menjadi terganggu.
Ø
Gonioskopi : Pada saat TIO tinggi, sudut bilik
mata depan tertutup, sedang pada saat TIO normal, sudutnya sempit.
Ø
Tes Provokasi : Dilakukan pada keadaan yang
meragukan.
Ø
Tes yang dilakukan : Tes kamar gelap, tes
midriasis, tes membaca, tes bersujud ( prone test )
Diagnosa Banding :
Ö
Iridosiklitis akut
Ö
Konjungtivitis akut
Ö
Keratitis
Ö
Skleritis
Bila serangan-serangan sudah berulang kali terjadi untuk
waktu yang lama, maka terjadi lepasnya pigmen dari iris yang masuk kedalam
bilik mata depan, menimbulkan kekeruhan, juga dapat menempel pada endotel
kornea sehingga nampak seperti keratik presipitat. Dapat juga terjadi
perlengketan antara lensa dengan pupil ( sinekhia posterior ) sehingga pupil
menjadi tidak teratur dan sering disangka menderita uveitis. Iris nampak
berwarna putih kelabu karena timbulnya nekrosis lokal. Lensanya menjadi katarak
yang tampak diatas permukaan kapsula lensa depan sebagai bercak-bercak putih (
glaukom flecke ), suatu tanda bahwa pada mata itu pernah terjadi suatu serangan
akut.Bila glaukoma akut tidak segera diobati dengan baik, dapat timbul
perlekatan antara iris bagian tepi dan jaringan trabekula yang disebut sinekhia
anterior perifer, yang mengakibatkan penyaluran keluar humor akuos lebih
terhambat lagi.
Faktor resiko :
·
Hipermetrop ( terdapat penyempitan coa )
·
Usia lanjut ( pembesaran lensa kristalina )
Tujuan Penatalaksanaan :
ü
Segera menghentikan serangan akut dengan
obat-obatan (medikamentosa inisial)
ü
Melakukan iridektomi perifer pada mata yang
mengalami serangan sebagai terapi definitif (tindakan bedah inisial)
ü
Melindungi mata sebelahnya dari kemungkinan
terkena serangan akut
ü
Menangani sekuele jangka panjang akibat serangan
serta jenis tindakan yang dilakukan.
v
Medikamentosa
1.
Miotikum : Untuk mengecilkan pupil, sehingga
iris lepas dari lekatannya di trabekula dan sudutnya menjadi terbuka.
- Pilokarpin 2-4% 1 tetes tiap 30 menit-1 jam pada mata yang
mengalami serangan dan 3 x 1 tetes pada mata sebelahnya.
2.
Penghambat karbonik anhidrase : Mengurangi
produksi humor akuos
- diamox, glaupax, glaukon, dsb.
3.
Obat Hiperosmotik
- Glycerin 50 % 3 x 100 - 150 cc ( sesuai dengan berat badan
) oral / hari.
4.
Obat pengurang rasa sakit
- Suntikan morfin 10-15 mg. Morfin juga dapat mengecilkan
pupil.
v
Operasi
Tindakan operatif dilakukan bila TIO yang tinggi itu sudah
dapat diturunkan. Bila operasi dilakukan pada saat TIO masih tinggi, dapat
menimbulkan glaukoma maligna, disamping kemungkinan timbulnya prolaps dari isi
bulbus okuli dan perdarahan.
1.
Iridektomi perifer
Untuk stadium akut yang baru terjadi sehari dan belum ada
sinekhia posteriornya. Juga dilakukan pada mata sebelahnya yang masih sehat
sebagai tindakan pencegahan. Dilakukan bila TIO dibawah 21 mmHg dengan hasil
tonografi C = 0,13 atau lebih.
2.
Operasi filtrasi ( Iridenkleisis, trepanasi,
sklerotomi, trabekulektomi )
Dilakukan bila TIO setelah pengobatan medikamentosa lebih
tinggi dari 21 mmHg atau lebih kecil dari 21 mmHg disertai hasil tonografi C =
lebih kecil dari 0,13.
2. Subakut
Glaukoma subakut adalah suatu keadaan dimana terjadinya
episode peningkatan TIO yang berlangsung singkat dan rekuren. Episode penutupan
sudut membaik secara spontan, tetapi terjadi akumulasi kerusakan pada sudut di
kamera okuli anterior berupa pembentukan sinekia anterior perifer.
Kadang-kadang penutupan sudut subakut berkembang menjadi penutupan akut.-Kunci
untuk diagnosis terletak pada riwayat. Akan dijumpai riwayat serangan nyeri
unilateral berulang, kemerahan dan kekaburan penglihatan yang disertai oleh
halo disekitar cahaya. Serangan lebih sering pada malam hari dan sembuh dalam
semalam. 2,3,4,5
Gejala Subjektif
·
Sakit
kepala sebelah pada mata yang sakit (timbul pada waktu sore hari karena pupil
middilatasi sehingga iris menebal dan menempel pada trabekulum ª out flow terhambat)
·
Penglihatan
sedikit menurun
·
Melihat
pelangi di sekitar lampu (hallo)
·
Mata
merah
Gejala Objektif
·
Injeksi
silier ringan
·
Edema
kornea ringan
·
TIO
meningkat
3. Kronis
Glaukoma jenis ini adalah glaukoma primer yang ditandai
dengan tertutupnya trabekulum oleh iris perifer secara perlahan. Bentuk primer
berkembang pada mereka yang memiliki faktor predisposisi anatomi berupa sudut
bilik mata depan yang tergolong sempit.Selain sudut bilik mata depan yang
tertutup, gambaran klinisnya asimptomatis mirip glaukoma sudut terbuka primer.
Glaukoma tersebut dapat pula berkembang dari bentuk intermitten, subakut atau
merambat ( creeping ) atau dari glaukoma sudut tertutup primer yang tidak
mendapat pengobatan , mendapat pengobatan yang tidak sempurna atau setelah
terapi iridektomi perifer / trabekulektomi ( Glaukoma residual) 2,3,4,5
Pemeriksaan fisik :
·
Peningkatan TIO
·
Sudut coa yang sempit
·
Sinekia anterior ( dengan tingkatan yang
bervariasi )
·
Kelainan diskus optikus dan lapangan pandang.²
Penatalaksanaan :
·
Terapi medikamentosa diberikan baik sebelum
terapi iridektomi perifer maupun setelahnya
·
Tindakan bedah trabekulektomi bila TIO diatas 21
mmHg setelah tindakan Iridektomi perifer dan medikamentosa.
Tindakan bedah kombinasi trabekulektomi dan katarak bila ada
indikasi keduanya.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan tekanan bola mata
Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang
dinamakan tonometer. Dikenal beberapa alat tonometer seperti tonometer Schiotz
dan tonometer aplanasi Goldman. Pemeriksaan tekanan bola mata juga dapat
dilakukan tanpa alat disebut dengan tonometer digital, dasar pemeriksaannya
adalah dengan merasakan lenturan bola mata (ballotement) dilakukan
penekanan bergantian dengan kedua jari tangan.9
Gonioskopi
Tes ini sebagai cara diagnostik untuk melihat langsung
keadaan patologik sudut bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat
pada sudut bilik mata seperti benda asing.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan lensa sudut
(goniolens) di dataran depan kornea setelah diberikan lokal anestetikum. Lensa
ini dapat digunakan untuk melihat sekeliling sudut bilik mata dengan memutarnya
360 derajat.
Penilaian
diskus optikus
Dengan menggunakan opthalmoskop kita bisa mengukur rasio cekungan-diskus
(cup per disc ratio-CDR). CDR yang perlu diperhatikan jika ternyata melebihi
0,5 karena hal itu menunjukkan peningkatan tekanan intraokular yang signifikan
Pemeriksaan lapang pandang
Berbagai cara untuk memeriksa lapang pandang pada glaukoma
adalah layar singgung, kampimeter dan perimeter otomatis
Penurunan lapang pandang akibat glaukoma itu sendiri tidak
spesifik, karena gangguan ini dapat terjadi akibat defek berkas serat saraf
yang dapat dijumpai pada semua penyakit saraf optikus, tetapi pola kelainan
lapangan pandang, sifat progresivitasnya dan hubungannya dengan
kelainan-kelainan diskus optikus adalah khas untuk penyakit ini
Uji lain pada glaukoma
¨
Uji Minum Air
Sebelum makan pagi tekanan bola mata diukur dan kemudian
pasien disuruh minum dengan cepat 1 liter air. Tekanan bola mata diukur setiap
15 menit. Bila tekanan bola mata naik 8-15 mmHg dalam waktu 45 menit pertama
menunjukkan pasien menderita glaukoma.
¨
Uji Steroid
Pada pasien yang dicurigai adanya glaukoma terutama dengan
riwayat glaukoma simpleks pada keluarga, diteteskan betametason atau
deksametason 0,1% 3-4 kali sehari. Tekanan bola mata diperiksa setiap minggu.
Pada pasien berbakat glaukoma maka tekanan bola mata akan naik setelah 2
minggu
¨
Uji Variasi Diurnal
Pemeriksaan dengan melakukan tonometri setiap 2-3 jam sehari
penuh, selama 3 hari biasanya pasien dirawat. Nilai variasi harian pada mata
normal adalah antara 2-4 mmHg, sedang pada glaukoma sudut terbuka variasi dapat
mencapai 15-20 mmHg. Perubahan 4-5 mmHg sudah dicurigai keadaan patologik.
¨
Uji Kamar Gelap
Pada uji ini dilakukan pengukuran tekanan bola mata dan
kemudian pasien dimasukkan ke dalam kamar gelap selama 60-90 menit. Pada akhir
90 menit tekanan bola mata diukur. 55% pasien glaukoma sudut terbuka akan
menunjukkan hasil yang positif, naik 8 mmHg.
¨
Uji provokasi pilokarpin
Tekanan bola mata diukur dengan tonometer, penderita diberi
pilokarpin 1% selama 1 minggu 4 kali sehari kemudian diukur tekanannya
KOMPLIKASI
Jika penanganan glaukoma pada penderita terlambat dapat
mengakibatkan sinekia anterior perifer dimana iris perifer melekat pada jalinan
trabekula dan menghambat aliran aquoeus humor keluar.
Lensa yang membengkak mendorong iris lebih jauh kedepan yang
akan menambah hambatan pupil dan pada gilirannya akan menambah derajat hambatan
sudut. Serangan glaukoma yang hebat dan mendadak seringkali menyebabkan atrofi
papil saraf optik.
Katarak : di atas permukaan kapsul depan lensa acapkali
terlihat bercak putih sesudah suatu serangan akut. Tampaknya seperti susu yang
tertumpah di atas meja. Gambaran ini dinamakan glaukomflecke (Cataracta
Disseminata subepithilias or Glaukomatosa Acuta) yang menandakan pernah
terjadi serangan akut pada mata tersebut.
Selain itu dapat terjadi iris atrofi dan fixed dilated pupil
PROGNOSIS
Tanpa pengobatan, glaukoma dapat mengakibatkan kebutaan
total. Apabila obat tetes anti glaukoma dapat mengontrol tekanan intraokular
pada mata yang belum mengalami kerusakan glaukomatosa luas, prognosis akan
baik. Apabila proses penyakit terdeteksi dini sebagian besar pasien glaukoma
dapat ditangani dengan baik
ANJURAN
-
Hindari emosi (bingung dan takut) yang dapat
menimbulkan serangan akut
-
Hindari membaca dekat yang mengakibatkan miosis
atau pupil kecil akan menimbulkan serangan pada glaukoma dengan blok pupil
-
Pemakaian simpatomimetik yang melebarkan pupil
berbahaya
-
Sudut sempit dengan hipermetropia dan bilik mata
depan dangkal berbahaya memakai obat antihistamin dan antispasme.
Apakah dengan operasi dapat mengatasi masalah ini?
ReplyDeleteTraining Auditor
https://gayasehatqncjellygamat.blogspot.co.id/
ReplyDelete